Iri dan
Dengki Penyakit Hati Yang Harus Dijauhi dan Cara Menghadapinya
Penyejuk Kalbu Pengobat Pilu
Banyak karakter dalam sosial dibelahan dunia manapun dari setiap ras, bangsa,
agama, umur, budaya dan lingkungan yang membutuhkan pengertian jiwa dan logika
kedewasaan agar semua itu bisa diterima dengan hati legowo tanpa terpaksa. Saya
termasuk dalam kategori personal yang mencoba memahami berbagai karakter
tersebut yang dengan senang hati menerima karakter baik seseorang tapi dalam
kenyataannya sangat sulit untuk menerima karakter negatif seseorang dalam
sosial. Dalam pengamatan saya, ada beberapa karakter negatif yang umum berada dlm
lingkungan sosial seperti : berkata kasar dan sinis, bersumpah serapah, iri
dengki, tidak sportif dan sombong.
Sebagian manusia tidak mampu mengelakkan dirinya dari sifat iri dan dengki.
Dengki kepada rekan yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang punya
mobil mewah, dengki kepada saudara yang anaknya sarjana dan dengki kepada
seorang ustadz yang memiliki murid yang pintar dan lain sebagainya.
Dan sungguh tidak bisa dibayangkan, ketika abad globalisasi dan keterbukaan
yang telah mulai membuka pintunya akan semakin memberikan peluang untuk membuka
‘kran hati’ untuk saling mendengki. Karena ukuran globalisasi identik dengan
materi. Orang pun semakin tak bisa mengendalikan hati.
Rasa dengki dan iri baru tumbuh manakala orang lain menerima nikmat. Biasanya
jika seseorang mendapatkan nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia.
Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat
itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati.
Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha
keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan
ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua
diperbolehkan.
Beberapa Kisah Al Qur’an tentang Orang-orang yang Dengki
Dalam bahasa sarkasme, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang
lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu
berkait dan berkelindan. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki,
ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat
orang lain bergelimang lara. Allah Ta’ala menggambarkan sikap dengki ini dalam
firmanNya, yang artinya: “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu
menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang
karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)
Dengki juga merupakan sikap
orang-orang ahli Kitab. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Kebanyakan
orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad)
yang ada dalam jiwa mereka.” (QS. Al Baqarah: 109)
Kedengkian saudara-saudara Yusuf kepada dirinya mengakibatkan sebagian dari
mereka ingin menghabisi nyawa saudaranya sendiri, Yusuf ‘Alaihis Salam. Allah
Ta’ala mengisahkan dalam firmanNya, yang artinya: “(Yaitu) ketika mereka
berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai
ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang
kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah
Yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian
ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf: 8 – 9)
Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah Ta’ala dengan keras mencela:
“Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan
kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)
Rasulullah Saw bersabda Hasad, iri, &, dangki akan mengerogoti dan memakan
segala kebaikan sebagai mana api membakar kayu api yang kering”. Jika seseorang
melakukan amal kebaikan (shalat, puasa, infak dsb) ia sedang berada dalam wadah
kebaikan yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt sebagai imbalanya. Namun,
ada satu jenis penyakit yang sangat membahayakan sekali terhadap
eksistensi/nilai amal maupun yang punya amal, dialah penyakit Hasad, iri dan
dengki. Seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw di atas, sehingga amal ibadah
yang kita lakukan akan menjadi sia-sia belaka “Minyak Abis samba indak lamak”
begitu kata orang MinangKabau mengibaratkanya.
Orang pintar bilang, hidup ini adalah perjuangan, perjuangan butuh pengorbanan
baik dalam ujud materi, tenaga maupun pikiran. Begitu juga dalam mengarungi
lautan kehidupan ini, hidup dalam bermasyarakat apalagi di zaman sekarang
(moderen), baik dalam berelasi, berkongsi, berserikat dsb kecendrungan untuk
selalu menjadi yang terdepan dalam meraih hasil yang terbanyak sangatlah tinggi
( baca: persaingan). Jikalau diri sampai lepas kontrol dalam meyingkapinya
jelas kegagalanlah yang akan menghampiri kita, yang berimbas pada kegalauan
pikiran dan kegoncangan jiwa, yang di iringi dengan munculnya berbagai macam
penyakit seperti stres, depresi, tekanan jiwa, sampai pada penyakit hati yang
sangat berbahaya seperti lahirnya sifat hasad, iri dan dengki.
Jelas sangat tidak rasional sekali pergi ketempat-tempat yang dianggap keramat
meminta dan memohon padanya supaya orang lain yang sukses karena memang hasil
jerih payahnya sendiri, agar menjadi hancur dan gagal. Sangat ironi sekali
sebagai umat islam yang mengaku beriman dan selalu bersyukur masuk rumah sakit
hanya gara-gara mendengar/di perdengarkan tetangga kita membeli televisi,
kulkas, rumah baru, mobil baru dsb. Namun, hal ini akan jauh dari kehidupan
kita kalau tabiat dan sifat-sifat yang di larang agama, baik secara luas maupun
sempit, baik secara umum maupun khusus, serta selalu mengutamakan sifat syukur
nikmat, lapang dada, sabar, saling berbagi dsb. Apalagi hal ini bisa kita terapkan
di bulan penuh ampunan yang beberapa bulan lagi akan datang ( Ramadhan), agar
apa yang menjadi tujuan dari ibadah puasa tersebut (yaitu taqwa) dapat kita
raih dengan kemenangan yang spektakuler menuju pada kefitrahan diri (Insya
Allah). Jangan seperti yang Rasulullah Saw sabdakan ini “Banyak orang yang
berpuasa tidak memperoleh apa-apa kecuali hanya sekedar lapar dan dahaga “. hal
inilah yang sangat beliau takutkan menimpa umatnya hanya gara-gara memendam
sifat hasad, iri, dengki, suka memfitnah, bergunjing, mencela dsb yang
berakibat buruk sekali terhadap amalan mereka serta sangat di larang sekali
oleh ajaran agama islam.
Dengki pada hakekatnya berkorelasi dengan konstelasi pribadi seseorang yang
berhubungan dengan usaha untuk memuaskan diri sendiri, senang melihat orang
lain di timpa kesusahan dan susah melihat orang lain mendapat nikmat. Pada
dasarnya pendengki akhlaknya sangat buruk sekali, pikiranya kotor serta selalu
mencari kesalahan orang lain dengan berbagai macam cara. Namun sejahat-jahat
sifat hasad, iri, dengki adalah ulama yang memiliki sifat ini, karena ia akan
memakai dalil-dalil dalam Al Quran dan Sunah Saw untuk melancarkan sifatnya
tersebut. Namun, sejauh mana seseorang dalam eksistensinya telah mencapai apa
yang di inginkanya. Jika seseorang telah mencapai keadaan itu, ia tak mudah
memperoleh rangsangan yang mudah membangkitkan dan untuk memperoleh keinginan
dari luar, atau ingin memiliki sesuatu yang di miliki orang lain. Eksistensi
pribadi yang rapuh&goyah menyebabkan mudah timbulnya berbagai keinginan
untuk menyamai, melebihi, atau bahkan menguasai orang lain dengan maksud
menentramkan dan memakmurkan dirinya sendiri yang biasanya berhubungan dengan
sistim kebutuhan/materi maupun dalam hal pangkat dan jabatan.
Sementara diri secara gaib akan di pengaruhi dan di goda Setan dan Iblis yang
merupakan musuh yang nyata bagi manusia bahkan akan terus memompa dan
memanas-manasi manusia dengan memunculkan keinginan-keinginan buruk untuk
menghalalkan segala cara, yang berawal dari memperturutkan hawa nafsu. Atas
keberadaan Setan dan Iblis ini yang akan terus berusaha membawa umat manusia ke
lembah kenistaan dan kehinaan, telah di beritahukan Allah Swt dalam Qs
Yassin-60 “ Bukankah Aku telah memerintahkan padamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah (menuruti bisikan Syaitan?). Sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu “. Sabda Rasulullah Saw ‘ Telah masuk kedalam tubuhmu
penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu)Hasad, Iri, Dengki, itulah yang akan
membinasakan agama, bukan dengki dan iri mencukur rambut “. ( Hr. Ahmad &
Tarmizi ).
Maksud hadis Rasulullah Saw di atas adalah bahwa hancurnya atau terpecahnya
agama menjadi tercerai-berai, saling membenci, bermusuhan dan saling merusak
tiada lain di sebabkan oleh sifat hasad, iri dan saling mendengki di antara
penganutnya sendiri yang tak berkesudahan, dan membiarkan keadaan diri dan
rohaninya di permainkan oleh tipu daya setan dan iblis. Bukankah Iblis di
keluarkan dan di usir dari dalam sorga oleh Allah karena menyimpan sifat hasad,
iri dan dengki dengan keberadaan Adam yang di nampakan dalam sikapnya yang
sombong, angkuh dan pongah yang terkenal dengan istilah Aba wa Istaqbara atau
aku lebih baik dari pada dia ?. Padahal Iblis di perintahkan Allah sujud pada
Adam hanya untuk menghormati keberadaannya di dalam sorga yang akhirnya
mencikal bakali kemunculan umat manusia di permukaan bumi ini.
Begitu juga penyakit hasad, iri dan dengki ini juga menimpa anak keturunan Nabi
Adam ( Qabil) yang terus di kompori oleh iblis untuk memiliki saudara kembar
yang bukan haknya dengan melampiaskan kedengkian hatinya pada adiknya sendiri
(Habil). Sehingga jatuhlah claim terhadap diri si Qabil sebagai pelaku
pembunuhan pertama di atas bumi ini, sedangkan darah pertama yang membasahi
bumi Allah ini adalah darah dari tubuh si Habil. Hal ini tidak akan pernah bisa
di bendung sampai akhir zaman selama sifat hasad, iri, dengki sifat, sombong,
pongah dan sifat-sifat buruk lainya tetap di pelihara dalam hati setiap
manusia. Setiap pembunuhan yang terjadi di muka bumi ini sampai akhir zaman
maka Qabil akan mendapat dosanya selain dosa si pembunuh tsb. Semoga Allah
menjauhkan kita dari sifat ini. Allah Swt berfiraman “ Dan carilah pada apa-apa
yang telah di karuniakan Allah kepadamu dari kenikmatan dunia dan berbuat
baiklah kepada orang lain. Sebagaimana Allah telah berbuat baik kapadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi ( Qs Al Qashash-77 ). “Orang mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih di cintai oleh Allah dari pada orang mukmin yang
lemah” ( Al Hadis ).
Firman Allah dan hadis Saw di atas memerintahkan pada umat manusia untuk selalu
berprilaku baik terhadap semua makhluk dan berlaku lemah lembut dalam usaha
mencari kebahagiaan dunia wal akhirat dengan mempergunakan kekuatan dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki ke jalan yang baik dan benar. Karena setiap manusia
yang di ciptakan Allah ke atas dunia ini bukanlah untuk jadi pecundang dan
sampah masyarakat tapi manusia itu telah di siapkan oleh Allah, berpotensi
besar untuk menjadi orang yang berguna baik untuk diri sendiri, keluarga maupun
untuk bangsa dan negara ini apalagi untuk kehidupan akherat kelak. Dalam hal
ini sangat di anjurkan sekali mengambil dan mengupas keteladanan dari
Rasulullah Saw yang telah tercatat sebagai manusia tersukses dunia akherat
dalam sejarah umat manusia.
Baru berumur 12 tahun saja sudah melakukan perjalanan jauh untuk berdagang, dan
pada umur 25 tahun telah menjadi seorang pemuda yang memiliki akhlak mulia dan
sangat terpercaya pribadinya. Dan yang sangat mengagumkan dan akan di kenang
oleh seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia ini adalah Beliau telah
berhasil dengan sukses, walaupun tidak sedikit rintangan dan halangan sampai
pada ancaman untuk merobah prikehidupan khususnya bangsa Arab (jahiliyah) ke
arah yang berprikemanusiaan, beradab dan berketuhanan. Mempersatukan masyarakat
Arab dalam segala bidang dengan segala daya dan upaya hanya dalam kurun waktu
20 tahun. Yang menginspirasi berkembangnya ajaran islam ke seluruh pelosok
dunia dengan segala nikmat yang di bawanya. Lalu bagaimana dengan negara yang
sudah bebas dari belenggu penjajahan seperti Indonesia ini?, yang sudah merdeka
lebih kurang sudah 60 tahun, namun masih ada yang tega membunuh, menghina dan
mencaci-maki memperkosa hak-hak asasi manusia, tingkat korupsi yang semakin
menggila, kasus busung lapar di mana-mana dalam negeri yang kaya raya dan masih
banyak lagi untuk di sebutkan. Padahal negeri ini terkenal dengan tingkat
kereligiusanya yang tinggi dan memiliki umat islam terbesar.
Sebab-sebab Dengki
Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia.
Dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar
keluarga, antarteman sejawat, antar tetangga dan orang-orang yang berde-katan
lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan.
Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada
keduanya tidak ada ikatan sama sekali.
Adapun orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui Allah,
malaikat-malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka
mereka tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan
sebaliknya, mereka malah mencintai bahkan bergembira terhadap orang-orang yang
mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan
kedudukan yang tinggi di sisiNya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di
antara mereka.
Kecintaan kepada dunia yang mengakibatkan dengki antarsesama disebabkan oleh
banyak hal. Di antaranya karena permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang
paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah
musuhnya. Diusahakanlah agar jangan ada kebajikan pada orang tersebut. Bila
musuhnya itu mendapat nikmat, hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan
tujuannya. Permusuhan itu tidak saja terjadi antara orang yang sama
kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya. Sehingga
sang bawahan misalnya, selalu berusaha menggoyang kekuasaan atasannya.
Sebab kedua adalah ta’azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang
lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan,
pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
Sebab ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena
itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain
memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya. Termasuk dalam
sebab ini adalah kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih
Allah untuk menerima wahyuNya. Kedengkian mereka itu dilukiskan Allah Ta’ala
dalam firmanNya, yang artinya: “Dan mereka berkata: Mengapa Al Qur’an ini tidak
diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif)
ini?” (QS. Az Zukhruf: 31) Maksudnya, orang-orang kafir Quraisy itu tidak
keberatan mengikuti Muhammad, andai saja beliau itu keturunan orang besar,
tidak dari anak yatim atau orang biasa.
Sebab keempat, merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini
sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah
dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang
lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu
mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut
sehingga mereka berkata: “Adakah Allah mengutus manusia sebagai rasul?” (QS.
Al-Mu’minun: 34). Allah Ta’ala menjawab keheranan mereka dengan firmanNya, yang
artinya: “Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu
peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu
agar dia memberi peringatan kepadamu ?” (QS. Al A’raaf: 63)
Sebab kelima, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau
mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain,
sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan
yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan
terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal
ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang
memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di
hadapan gurunya, seorang alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut
yang lebih banyak dari lainnya, dan sebagainya.
Sebab keenam, ambisi memimpin (hubbur riyasah). Hubbur riyasah dengan hubbul
jah (senang pangkat/kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh kepada
kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang
di pojok dunia ingin menandingi-nya, tentu itu menyakitkan hatinya, ia akan
mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu mati saja, atau paling tidak
hilang pengaruhnya.
Sebab ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira
jika disampaikan khabar pada-nya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya.
Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan berhasil mencapai
kesuksesan yang dicarinya. Orang sema-cam ini senang bila orang lain
terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan
simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak
jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi
kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang
lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.
Terapi Mengobati Dengki
Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya. Dan hati tidak
bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu tentang dengki yaitu hendaknya
kita ketahui bahwa hasad itu sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama
maupun dunia. Dan bahwa kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang
didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah memetik manfaat
darinya. Dan nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya
karena kedengkian kita. Bahkan seandainya ada orang yang tidak beriman kepada
hari Kebangkitan, tentu lebih baik baginya meninggalkan sifat dengki daripada
harus menanggung sakit hati yang berkepan-jangan dengan tiada manfaat sama
sekali, apatah lagi jika kemudian siksa akhirat yang sangat pedih menanti?
Bahkan kemenangan itu ada pada orang yang didengki, baik untuk agama maupun
dunia. Dalam hal agama, orang itu teraniaya oleh Anda, apalagi jika kedengkian
itu tercermin dalam kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan dan lain
sebagainya. Dan balasan itu akan dijumpai di akhirat. Adapun kemenang-annya di
dunia adalah musuhmu bergembira karena kesedihan dan kedengkianmu itu.
Adapun amal yang bermanfaat yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan
lawan dari kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada
seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya, jika jiwa
ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati
kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita
berdo’a agar nikmat itu ditambahkan. Dan hendaknya kita teladani perilaku
orang-orang salaf yang bila mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera
memberi hadiah kepada orang tersebut. Dan sebagai penutup tulisan ini, ada
baiknya kita renungkan kata-kata Ibnu Sirin: “Saya tidak pernah mendengki
kepada seorangpun dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk Surga, maka
bagaimana aku menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju
Surga. Dan jika dia penduduk Neraka, bagaimana aku menghasud dalam urusan
dunianya sementara dia sedang berjalan menuju ke Neraka.”
Sangat sulitnya menerima karakter negatif seseorang karena secara psikologi
mungkin memiliki karakter tersebut, seperti bercermin, hanya saja mungkin tidak
mau mengakui bahwa diri sendiri memiliki satu, dua atau lebih karakter negatif
itu. Sebelum berkomentar dan merasa tidak nyaman terhadap karakter seseorang
ada baiknya jika mengetahui dahulu, yang mana karakter negatif. Diri sendiri?
tanyalah hati pribadi, karena hati tidak pernah berbohong atau keluarga
terdekat atau sahabat kita, karakter macam apakah yg kita miliki? baru setelah kita
mengetahuinya, dengan pasrah, sadar, sabar dan tidak munafik “mengobati”
karakter negatif tersebut, karena jiwa kita “sakit”. Jiwa yang sakit tidak
dapat dengan serta merta dihilangkan secepat kilat dan instan dengan terapi
pengobatan psikologi, hanya dengan keimanan dan kedewasaan, jiwa yang sakit
dapat sembuh. Pertanyaannya bagaimana melakukan pengobatan itu? perlu
ditelusuri sebelumnya asal muasal jiwa yang sakit berasal dari mana? dari
kekecewaankah? kesedihan menahun? amarah? dendam? tidak mau menerima kenyataan?
tidak puas diri? karena sebagian point-point yang disebutkan tsb dapat dengan
mudah merubah karakter baik seseorang menjadi karakter terburuk. Untuk itu
silahkan tanyakan dengan jujur pada diri anda sebabnya apa? kategorikan sebab2
tersebut, pilah dan obati satu-satu. Jangan lakukan pengobatan massal atas
karakter negatif tersebut, karena emosi kita seringkali menolak untuk
menyembuhkan jiwa yang sakit. Jadilah seperti kupu-kupu, dari sesuatu yang
buruk menjadi sesuatu yang indah.
Tidak sedikit manusia mencari pengobatan tersebut dengan mendengar, mendatangi
ceramah-ceramah, dakwah, seminar motivasi dsb, padahal obat penyembuhannya ada
pada diri kita sendiri, hanya kita pura-pura tidak tahu atau rasa itu terhalang
oleh keegoisan karena merasa nyaman bersembunyi dalam karakter itu, memakai
topeng dan tidak mau mengakui bahwa jiwa kita sakit.
Percuma saja kita mendengarkan dakwah, ceramah, seminar motivasi dll, hasilnya
akan nihil juga dan membuang waktu jika kita tidak mau berubah, useless! lalu
kita membatin, kenapa harus berubah? jawabannya karena kita makhluk sosial,
memerlukan orang lain dalam kehidupan, karena kita tidak bisa berdiri sendiri!
jika kita nyaman dengan karakter buruk tersebut, coba tanya orang sekitar,
apakah mereka nyaman dengan karakter buruk kita? jawabannya pasti tidak,
kemudian kita berkilah, kita hanya manusia biasa tidak luput dari sifat dan
karakter buruk atau bersikap masa bodoh, itu berarti kita adalah manusia yang
kerdil, pengecut, tidak beradab, barbar, tak punya hati dan hanya akan menambah
panjang dan sulitnya pengobatan itu kelak dan seyogyanya kita yang akan merugi
dunia dan akhirat. Belum lagi dampaknya bisa turun temurun, bukankah sifat baik
dan buruk akan kita wariskan pada anak cucu kita kelak, jadi sebetulnya yang
akan merugi adalah berkuadrat-kuadrat menerobos kesetiap kehidupan masa depan.
Mudah menemukan obat itu, bersihkan jiwa kita dari akar penyebabnya dengan :
banyak bersyukur, ikhlas menerima hal buruk yang terjadi dalam hidup kita dan
gembleng terus keimanan kita, tersenyumlah, karena dengan tersenyum hati yang
kecut jadi segar dan lembut, balaslah perbuatan buruk orang lain dengan
kebaikan kita tanpa pamrih dan tidak dibuat-buat, sering-seringlah melihat
dengan mata lebar dan hati yang jernih dilingkungan sekitar dan sesama kita
yang masih kurang beruntung dibanding kita, niscaya sakitnya jiwa kita akan
sirna. Mulailah semua itu dari diri kita sendiri…. alhasil orang disekitar kita
akan terkontaminasi dengan karakter perubahan kita yang lebih baik.
Jadi tak usah heran, kesal atau marah jika kita menemukan orang yang
berkarakter buruk dan sangat menganggu hubungan sosial kita, pahami saja karena
justru kita seharusnya prihatin pada mereka karena mereka “sakit” dan kita
tidak mau jadi seperti mereka kan?
Tips menghadapi orang-orang yang
berkarakter buruk :
1. jangan terpancing emosi atau sakit hati, tetaplah jernih berpikir
2. tak usah membalas apalagi melabrak
3. jangan menjelek-jelekan mereka
4. ramahlah pada mereka
5. jangan kucilkan mereka
6. berbaik sangkalah pada mereka
7. balas dengan perkataan yang sopan
8. ajaklah berbicara empat mata
9. jangan sinis menghadapi mereka
10. kasihanilah mereka dengan mencoba menyadarkan mereka
11. berilah kado
12. maafkan mereka
0 Response to "Iri dan Dengki Penyakit Hati Yang Harus Dijauhi dan Cara Menghadapinya"
Post a Comment